Pakar astronomi menjelaskan, disebut
supermoon karena jarak bulan berada pada posisi terdekat dengan bumi. Sedangkan istilah blue moon karena ini purnama kedua pada bulan Januari, setelah 1 Januari lalu. Selain itu gerhana bulan total juga sering disebut blood moon karena saat gerhana total bulan tampak merah darah.
“Jadi, gerhana bulan pada 31 Januari 2018 boleh disebut Super-Blue-Blood-Moon,” ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin seperti dikutip Tribunnews.com, Rabu (31/1).
Kanwil Kemenag Aceh, tadi malam menyediakan sembilan unit teleskop yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk menyaksikan proses terjadinya fenomena gerhana. Satu teleskop lain ditempatkan di atas gedung dikhususkan untuk tim falakiyah Kemenag Aceh.
Selain teleskop, petugas juga menyediakan layar tancap yang terintegrasi dengan unit teleskop. Tak sedikit juga masyarakat yang mengabadikan gerhana dengan smartphone atau melihat langsung dengan mata telanjang meski langit Banda Aceh tadi malam agak berawan.
Di halaman Kanwil Kemenag Aceh juga dilaksanakan shalat Isya berjamaah dilanjutkan dengan shalat khusuf diimami Ustaz Ivan Aulia Lc MA dan khatib Dr Saifullah Yunus Lc MA.
Shalat khusuf juga dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Masjid Agung Al-Makmur atau Masjid Oman Bandar Baru (Lampriek), dan hampir seluruh masjid lainnya di Banda Aceh , Aceh Besar serta kabupaten/kota lainnya di Aceh.
Pantauan Serambi, bulan mulai terlihat sejak magrib. Perlahan, bulan yang tampak sedikit berwarna kuning mulai tertutup (kabur) yaitu proses awal yang dikenal dengan penumbra. Sedangkan proses gerhana total terjadi mulai pukul 19.51 dan berakhir 21.05. Pada pukul 19.51, sesuai dengan gambar yang berhasil direkam tim Serambi, bulan tampak memerah, fenomena ini terlihat jelas jika diamati dengan teleskop.
Ratusan warga yang memadati halaman Kanwil Kemenag Aceh, tampak sangat antusias menyaksikan fenomena alam ini dan terlihat begitu takjub dengan fenomena tersebut. Semua teleskop yang disediakan oleh Kanwil Kemenag Aceh dikerumuni oleh warga sambil mengantre dan bergiliran menyaksikan proses terjadinya gerhana total.
Keseluruhan gerhana bulan tadi malam, berlangsung lebih kurang sekitar 4 jam lebih hingga bulan mulai putih atau seperti cahaya biasa
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jambi, Nurangesti Widyastuti menjelaskan,
supermoon yang terjadi 31 Januari 2018 besarnnya mencapai 14 persen dari bulan biasa. “Supermoon ini terjadi karena posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi, dikarenakan oleh posisi orbitnya yang oval, bukan berbentuk lingkaran,” kata Nurangesti.
Fenomena astronomi tadi malam termasuk sangat langka dan istimewa. Langka karena menurut para ilmuwan, fenomena astronomi ini akan terulang 152 tahun lagi. Fenomena itu juga istimewa, karena gerhana yang terjadi tadi malam, mengombinasikan tiga fenomena sekaligus, yaitu blue moon (bulan biru), supermoon (bulan super besar) dan total lunar eclipse (gerhana bulan total).
Kebesaran Allah
Dalam khutbahnya seusai shalat khusuf di halaman Kanwil Kemenag Aceh tadi malam, khatib Dr Saifullah Yunus Lc MA mengatakan, fenomena gerhana adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada manusia. Tujuannya, kata Saifullah, untuk menumbuhkan rasa takut. “Ini kebesaran Allah, tujuannya untuk menumbuhkan rasa takut kepada kita manusia. Menurut perkiraan, kejadian ini akan terulang 150 tahun ke depan. Mungkin di antara kita malam ini baru pertama kali melakuan shalat khusuf,” katanya.
Ia mengajak para jamaah untuk terus bersyukur kepada Allah atas fenomena tersebut. Menurutnya, melalui fenomena itu Allah menunjukkan kepada manusia bahwa matahari dan bulan yang berjalan pada orbitnya yang normal sebagaimana biasanya, tapi Allah bisa berkehendak membuatnya tidak normal.
“Inilah kebesaran Allah, Allah berkuasa atas sesuatu, bahkan tanpa sebab Allah bisa melakukannya. Contohnya, Nabi Adam, tanpa ayah ibu, tapi bisa lahir ke dunia. Setiap kejadian seperti malam ini, tidak terlepas dari kuasa Allah, semoga ini menambahkan iman kita,” pungkas Dr Saifullah Yunus Lc MA. (dan/nas)
Sumber Serambi Indonesia
Baca Juga Ketegasan Aceh Dalam Menolak LGBT
No comments:
Post a Comment