Sunday, 1 April 2018

Transgender Dalam Pandangan Islam



newstribunakurat.blogspot.com Sebelum kita membicarakan lebih lanjut tentang transgender, alangkah baiknya kita menyimak terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan transgender. Sebab dalam alur pembahasan haruslah terlebih dahulu bisa menggambarkan secara utuh apa yang akan dibahas.
Dalam wikipedia , pengertian transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk sejak lahir, misalnya orang yang secara biologis perempuan lebih nyaman berpenampilan dan berperilaku seperti laki-laki atau sebaliknya. Kadang transgender juga disebut dengan transseksual jika ia menghendaki bantuan medis untuk transisi dari seks ke seks yang lain, dengan kata lain ia melakukan operasi kelamin.

Setelah kita mengetahui apa itu transgender, maka marilah kita mengkaji bagaimana pandangan agama terkait dengan hal ini. Kalau kita tarik lebih jauh, istilah transgender di dalam kajian hukum syariat lebih dekat dengan istilah al-mukhannits (lelaki yang berperilaku seperti perempuan) wal mutarajjilat (perempuan yang berperilaku seperti laki-laki). Di dalam fiqih klasik disebutkan bahwa seorang mukhannits dan mutarajjil statusnya tetap tidak bisa berubah. Disampaikan di dalam Kitab Hasyiyatus Syarwani .

ﻭﻟﻮ ﺗﺼﻮﺭ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺑﺼﻮﺭﺓ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺃﻭ ﻋﻜﺴﻪ ﻓﻼ ﻧﻘﺾ ﻓﻲ ﺍﻻﻭﻟﻰ ﻭﻳﻨﺘﻘﺾ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻟﻠﻘﻄﻊ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻟﻢ ﺗﻨﻘﻠﺐ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻧﺨﻠﻌﺖ
ﻣﻦ ﺻﻮﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺻﻮﺭﺓ

Artinya, “Seandainya ada seorang lelaki mengubah bentuk dengan bentuk perempuan atau sebaliknya, maka–jika ada lelaki yang menyentuhnya–tidak batal wudhunya dalam permasalahan yang pertama (lelaki yang mengubah bentuk seperti wanita), dan batal wudhu’nya di dalam permasalahan yang kedua (wanita yang mengubah bentuk seperti lelaki) karena dipastikan bahwa tidak ada perubahan secara hakikatnya, yang berubah tidak lain hanya bentuk luarnya saja,” (Lihat Abdul Hamid Asy-Syarwani, Hasyiyatus Syarwani, Beirut, Darul Kutub Al-Islamiyah, cetakan kelima, 2006, jilid I, halaman 137).

Dengan demikian, walaupun seseorang telah mengalami transgender atau transseksual, maka tetap tidak bisa mengubah statusnya, dengan artian yang laki-laki tetap laki-laki dan yang perempuan tetap perempuan. anabustami.blogspot.com
Selanjutnya, mengenai takhannuts, An-Nawawi berkata:

ﺍﻟﻤﺨﻨﺚ ﺿﺮﺑﺎﻥ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ ﻛﺬﻟﻚ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻜﻠﻒ ﺍﻟﺘﺨﻠﻖ ﺑﺄﺧﻼﻕ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﺯﻳﻬﻦ ﻭﻛﻼﻣﻬﻦ ﻭﺣﺮﻛﺎﺗﻬﻦ ﻭﻫﺬﺍ ﻻ ﺫﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻻ ﺇﺛﻢ ﻭﻻ ﻋﻴﺐ ﻭﻻ ﻋﻘﻮﺑﺔ ﻷﻧﻪ ﻣﻌﺬﻭﺭ ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﻳﺘﻜﻠﻒ ﺃﺧﻼﻕ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﺣﺮﻛﺎﺗﻬﻦ ﻭﺳﻜﻨﺎﺗﻬﻦ ﻭﻛﻼﻣﻬﻦ ﻭﺯﻳﻬﻦ ﻓﻬﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻡ ﺍﻟﺬﻱ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻟﻌﻨﻪ

Artinya, “Mukhannits ada dua, pertama orang yang terlahir dalam kondisi demikian (mukhannits) dan ia tidak sengaja berusaha berperilaku seperti perilaku para wanita, pakaian, ucapan dan gerakan-gerakannya, mukhannits semacam ini tidak tercela, tidak berdosa, tidak memiliki cacat dan tidak dibebani hukuman karena sesungguhnya ia orang yang ma’dzur (dimaafkan sebab bukan karena kesengajaan dan usaha darinya).

Yang kedua, orang yang sengaja berusaha berperilaku seperti perilaku para wanita, gerakan-gerakannya, diamnya, ucapan dan pakaiannya. Mukhannits yang keduanya inilah yang dilaknat di dalam hadits,” (Lihat Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi , Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan kedua, 2003 M, jilid VIII, halaman 57).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA:
 
ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟَﻌَﻦَ ﺍﻟْﻤُﺨَﻨَّﺜِﻴﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺘَﺮَﺟِّﻼﺕِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ

Artinya, “Sesungguhnya baginda Nabi SAW melaknat para lelaki yang mukhannits dan para wanita yang mutarajjilat,” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud).

Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa baginda Nabi SAW melaknat terhadap perilaku takhannus dan tarajjul yang memastikan bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram. Di antara alasan dan hikmah larangan atas perbuatan seperti ini adalah menyalahi kodrat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Al-Munawi berkata di dalam karyanya, Faidhul Qadir :

ﻭﺣﻜﻤﺔ ﻟﻌﻦ ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺇﺧﺮﺍﺟﻪ ﺍﻟﺸﺊ ﻋﻦ ﺻﻔﺘﻪ ﺍﻟﺘﻲ ﻭﺿﻌﻬﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺣﻜﻢ ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ

Artinya, “Hikmah dari laknat terhadap orang yang berusaha menyerupai lawan jenis adalah mengeluarkan sesuatu dari sifat yang telah ditetapkan oleh Sang Mahabijaksana (Allah Swt),” (Lihat Zaid Al-Munawi, Faidhul Al-Qadir , Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan kedua, 2003 M, jilid V, halaman 271).

Di samping itu, kenyataan yang ada, ketika seorang lelaki berperilaku seperti wanita atau sebaliknya, maka sebenarnya ada alasan tertentu yang kalau dinilai secara syariat adalah alasan yang tidak baik. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir :

ﻭﺍﻟﻤﺨﻨﺚ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﻋﺸﺮﺓ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﻣﺒﺎﺷﺮﺗﻪ ﻟﻬﻦ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﻣﺒﺎﺷﺮﺓ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻟﻪ ﻭﻗﺪ ﻳﺠﻤﻊ ﺍﻷﻣﺮﻳﻦ

Artinya, “Seorang yang mukhannits terkadang tujuannya agar bisa bergaul dan berkumpul dengan para wanita, terkadang tujuannya agar disukai oleh para lelaki, dan terkadang tujuannya adalah kedua-duanya,” (Lihat Zaid Al-Munawi, Faidhul Qadir , Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan kedua, 2003 M, jilid IV, halaman 332).

Jika ada yang menyatakan bahwa dulu baginda Nabi SAW pernah membiarkan seorang mukhannits masuk ke tengah para wanita sehingga hal ini menunjukkan bahwa takhannuts tidaklah diharamkan, maka sesungguhnya kejadian itu dikarenakan orang tersebut kondisi takhannuts-nya sejak lahir dan diduga ia sama sekali tidak ada hasrat dengan lawan jenis. Namun setelah diketahui bahwa ia bisa menyebutkan kondisi-kondisi para wanita yang ia masuki, maka iapun dilarang berkumpul dengan para wanita. (Lihat Al-Mala Al-Qari, Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih , Beirut, Darul Fikr Al-Ilmiyah, cetakan ketiga, 2004 M, jilid X, halaman 64).
 bustamizi.blogspot.com

Dari semua keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Transgender adalah kata lain dari takhannuts dan tarajjul.
2. Transgender tidak bisa mengubah status kelamin.
3. Transgender hukumnya haram dan mendapat laknat.

Wallahu a’lam . (Mohammad Sibromulisi )

No comments:

Post a Comment